BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit sistemik
yang akut yang mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan
ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai
gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit.
Demam tifoid pada masyarakat dengan standar
hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis.
Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa
dingin. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif,
penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid juga dikenali
dengan nama lain yaitu Typhus Abdominalis, Typhoid fever atau Entericfeve Demam typoid menjadi masalah
kesehatan, yang umumnya terjadi dinegara yang sedang berkembang karena akibat
kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air bersih yang dapat diminum.
Diagnose
dari penyakit typoid dapat sangat berbahaya apabila terjadi selama kehamilan
atau pada periode setelah melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam
typoid ini tertular pada manusia pada daerah-daerah berkembang ini dikarenakan
pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene personal yang buruk. Salah satu
contoh di negara Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai
dengan 2000.
Dalam
lingkungan kita menjadi endemic di selatan dan Amerika Utara, Timur Tengah,
Tenggara dan hampir seluruh Asia termasuk India. Di seluruh dunia tercatat
sekitar 33 juta kasus dari demam typoid dan menyebabkan lebih dari 500.000
kematian. Oleh
karena itu kami memilih judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Typoid” untuk dijadikan sebagai bahan diskusi.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah :
1.
Apa yang dimaksud dengan typhoid?
2.
Bagaimana etiologi dari typhoid?
3.
Apa sajakah tanda dan gejala typhoid?
4.
Bagaimana patofisiologi dari typhoid?
5.
Bagaimana pathways dari gangguan typhoid?
6.
Apa sajakah komplikasi pada klien dengan gangguan typhoid?
7.
Bagaimanakah pemeriksaan penunjang pada klien dengan gangguan typhoid?
8.
Bagaimana penatalaksanaan medis pada klien dengan gangguan typhoid?
9.
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan
gangguan typhoid?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan pengertian typhoid
2.
Menjelaskan etiologi typhoid
3.
Menjelaskan tanda dan gejala typhoid
4.
Menjelaskan patofisiologi dari typhoid
5.
Menjelaskan pathways dari gangguan typhoid
6.
Menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan gangguan typhoid
7.
Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada klien dengan gangguan typhoid
8.
Menjelaskan penatalaksanaan medis pada klien dengan gangguan typhoid
9.
Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan
gangguan typhoid
D.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi
Kami, Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah KMB I untuk memperoleh
nilai tugas.
2.
Bagi
teman sejawat, Makalah ini diharapkan dapat berfungsi sebagai bahan
bacaan terutama tentang Peritonitis.
3.
Makalah
ini dapat digunakan sebagai bahan diskusi kelompok.
4.
Bagi
para perawat maupun calon perawat (mahasiswa/mahasiswi keperawatan), Makalah ini
dapat memberikan informasi tentang bagaimana konsep medis dan konsep keperawata
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN TYPHOID
A. Konsep
Dasar
1.
Pengertian Typoid
Typus
Abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi, Salmonella Para Typhi A, Salmonella Para Typhi B, Salmonella
Para Typhi C, Para Tyfoid biasanya lebih ringan dengan gambaran klinis sama
(Junadi. P, 2001).
Typus
abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang selalu ditemukan dimasyarakt
Indonesia. Penderitaannya juga beragam mulai dari usia balita, anak-anak dan
dewasa.
2.
Etiologi
Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram
negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen
yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H
(flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 150C–
410C (optimum 370C) dan PH pertumbuhan 6-8 (Arif Mansjoer, 2000).
Kuman Salmonella typhosa, Salmonella typhi, A, B, dan C. Kuman
ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia, dan makanan atau minuman yang
terkena kuman yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari penyakit
ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Tidak seperti virus yang
dapat beterbangan di udara, bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti
lingkungan kumuh, makanan, dan minuman yang tidak higienis (Ngastiyah, 2005).
3. Tanda
dan Gejala
Soedarto (2007) mengemukakan bahwa manifestasi klinis
klasik yang umum ditemui pada penderita demam typhoid biasanya disebut febris
remitter atau demam yang bertahap naiknya dan berubah-ubah sesuai dengan
keadaan lingkungan dengan perincian :
a.
Minggu pertama, demam lebih
dari 40°C, nadi yang lemah bersifat dikrotik, dengan denyut nadi 80-100 per
menit.
b.
Minggu kedua, suhu tetap
tinggi, penderita mengalami delirium, lidah tampak kering mengkilat,
denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan limpa dapat diraba.
c.
Minggu ketiga,
Jika keadaan membaik : suhu tubuh turun, gejala dan keluhan
berkurang.
Jika keadaan memburuk : penderita mengalami delirium, stupor,
otot-otot bergerak terus, terjadi inkontinensia alvi dan urine. Selain itu
terjadi meteorisme dan timpani, dan tekanan perut meningkat, disertai nyeri
perut. Penderita kemudian kolaps, dan akhirnya meninggal dunia akibat
terjadinya degenerasi mikardial toksik.
d.
Minggu keempat, bila keadaan
membaik, penderita akan mengalami penyembuhan meskipun pada awal minggu ini
dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
4.
Patofisiologi
Kuman masuk
kedalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh Salmonella
(biasanya lebih dari 10000 basil kuman) Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh
asam HCL lambung, dan sebagian lagi masuk ke usus halus menuju saluran limfe
dan masuk kedalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Jika respon imunitas
humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus
sel-sel epitel ( Sel M) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang
biak dijaringan limfoid plak penyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening
mesenterika.
Jaringan limfoid
dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut
masuk kealiran darah (Bacterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar
keseluruh organ Reticuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan
limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
Hati membesar
(hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear.
Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini
kuman Salmonella Thypi berkembangbiak dan masuk sirkulasi darah lagi. Sehingga
mengakibatkan bakterimia kedua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik
(demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan
gangguan mental koagulasi.)
Proses patologis
ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot,serosa usus,dan mengakibatkan
perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik
kardiovaskuler, pernafasan dan gangguan organ lainnya.
Pada minggu
pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia (pembesaran sel-sel) plak
penyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak penyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya dalam minggu
keempat akan terjadi proses penyembuhan dengan meninggalkan sikatrik (jaringan
parut).
5.
Pathways
Salmonella typhi
Mulut
Jaringan limfoid peradangan/
nekrosis
Jaringan limfe mesentrial tukak
mukosa sekresi enzim
Sirkulasi porta aliran
darah
dari usus melalui duktus thoraxilus imobilisasi malabsorbsi perforasi Peristaltik
limfa/ hati bakterimia perdarahan diare
difagosit endotoksin
hidup mati sintesa dan pelepasan
pembuluh
|
|||
syok septik evaporasi
meningkat
penurunan
kesadaran reabsorbsi
air keringat
banyak
|
|||
|
cairan
ekstraseluler berkurang
|
6.
Komplikasi
a.
Usus
halus
Umumnya jarang terjadi,
akan tetapi sering fatal yaitu:
1)
Perdarahan
usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena
dan bila berat dapat disertai perasaan nyari perut dengan tanda-tanda rejatan.
2)
Perforasi
usus
3)
Peritonitis
ditemukan gejala abdomen akut yaitu: nyeri perut yang hebat, diding abdomen dan
nyeri pada tekanan
b.
Diluar
anus
Terjadi karena lokalisasi
peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu meningitis, kolesistitis,
ensefelopati. Terjadi karena infeksi
sekunder yaitu bronkopneumonia
7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan diagnosis
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut:
a.
Pemeriksaan
darah tepi
Didapatkan adanya anemia oleh karena
intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan
darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah.
Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 / mm3 ditemukan pada fase
demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin.
Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia
terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah
limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.
b.
Pemeriksaan
urine
Didapatkan proteinuria ringan ( < 2
gr/liter ) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
c.
Pemeriksaan
tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah,
dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi.
d.
Pemeriksaan
bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila
ditemukan kuman salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau
sumsum tulang.
e.
Pemeriksaan
serologis
Pemeriksaan IGM Salmonela yang menunjukkan
positip jika > 6.
f.
Pemeriksaan
radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah
ada kelainan atau komplikasi akbat demam thypoid
8.
Penatalaksanaan
Pengobatan/penatalaksaan pada
penderita typus abdominalis adalah sebagai berikut:
a.
Tirah
baring total selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali. Seminggu
kemudian boleh duduk dan selanjutnya berdiri dan berjalan.
b.
Makanan
harus mengandung cukup cairan , kalori dan tinggi protein, tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
c.
Obat
terpilih adalah kloramfenikol 100
mg/KGB/hari dibagi dalam
4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal klorampenikol 2 g/hari.
Kloramphenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit ≤ 2000/ul. Bila pasien alergi dapat diberikan
golongan penisilin atau kotrimoksazo.
B.
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan
Typhoid
1.
Pengkajian
a.
Identitas
klien
Meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, suku bangsa, agama, tanggal MRS, nomor register dan
diagnosa medik.
b.
Keluhan
utama
Keluhan utama demam tifoid
adalah panas / demam yang tidak turun temurun, nyeri perut, kepala pusing,
mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
c.
Riwayat
penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena
masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh.
d.
Riwayat
penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit
demam thypoid.
e.
Riwayat
penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah
menderita hipertensi, DM.
f.
Riwayat
psikososial dan spiritual
Biasanya anak rewel, bagaimana
koping yang digunakan.
g.
Pola
fungsi kesehatan
1)
Pola
nutrisi dan metabolisme
Anak akan
mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga
makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2)
Pola
eliminasi
Eliminasi
alvi. Anak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan
elimnasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning
kecoklatan. Klien dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang
berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
3)
Pola
aktivitas dan latihan
Aktivitas
klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi
komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4)
Pola
tidur dan istirahat
Pola tidur dan
istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
h. Pemeriksaan
fisik
1)
Keadaan
umum
Didapatkan
anak tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 41 0 C, muka kemerahan.
2)
Tingkat
kesadaran
Umumnya
kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai
somnolent. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah ( kecuali bila penyakitnya
berat dan terlambat mendapat pengobatan ).
3)
Sistem
respirasi
Pernafasan
rata – rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti
bronchitis.
4)
Sistem
integumen
Kulit kering,
turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam.
5)
Sistem
gastrointestinal
Bibir kering
pecah – pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor ( khas ), mual, munyah,
anoreksia dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik
usus meningkat.
6)
Sistem
muskuloskeletal
Klien lemah.
7)
Sistem
abdomen
Dapat
ditemukan keadaan perut kembung ( meteorismus ), peristaltik usus meningkat.
2.
Diagnosa keperawatan
a.
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
b.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
c.
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan output berlebih.
d.
Gangguan eliminasi bowel:
konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
e.
Resiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
3. Intervensi Keperawatan
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output berlebih.
Gangguan
eliminasi bowel: konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
Resiko kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
|
Rasa nyaman kembali terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil:
-
Suhu tubuh pasien dalam
batas nomal. (36-370C).
-
Pasien mengatakan dirinya
sudah merasa nyaman
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dalam tubuh setelah dilakukan
tindakan selama 3 x 24 jam dengan kriteria hasil:
-
orang tua mengerti jenis makanan bagi anak typoid.
-
Nafsu makan meningkat.
-
Pasien menghabiskan 1 porsi
makan rumah sakit.
-
Mempertahankan berat badan
dalam kondisi normal.
Terpenuhinya kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh setelah
dilakukan tindakan 3 x 24 jam dengan kriteria hasil:
-
Input dan output cairan
elektroli`t
seimbang.
-
Menunjukkan membran mukosa
lembab dan turgor jaringan normal.
Ganguan eliminasi dapat teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 X 24 jam dengan kriteria hasil:
-
Pola eliminasi dapat kembali
normal.
-
Feses tidak padat.
Integritas kulit dapat terjaga setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam dengan
kriteria hasil:
-
Tidak mengalami kerusakan
kulit.
|
q
Lakukan kompres hangat.
q
Lakukan monitor TTV sebelum dan setelah kompres.
q
Anjurkan keluarga pasien
untuk tidak menggunakan selimut tebal.
q
Anjurkan keluarga pasien
untuk memberikan pakaian yang tipis.
q
Kolaborasi dengan tim medis
pemberian antipiretik (paracetamol ).
q
Beri PenKes tentang
pentingnya nutrisi bagi anak typhoid.
q
Pertahankan oral hygien
sebelum dan setelah makan.
q
Berikan porsi kecil tapi
sering.
q
Sajikan makanan secara
menarik.
q
Kolaborasi dengan tim gizi
untuk pemberian diiet lunak ( BBS) TKTP.
q
Anjurkan pasien untuk banyak
minum.
q
Catat output dan input
cairan.
q
Ajarkan orangtua membuat larutan elektrolit pengganti, larutan gula
garam.
q
Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian cairan intravena kristaloid
q
Lakukan enema/ levemen.
q
Hindarkan makanan yang banyak
asam lemak.
q
Anjurkan pasien untuk minum
banyak sebelum makan.
q
Anjurkan pasien untuk segera menanggapi
respon bowel.
q
Jaga kebersihan kulit.
q
Jaga kelembaban kulit.
q
Atur posisi secara berkala.
q
Hindarkan penekanan berlebih
pada otot-otot yang menonjol.
q
Observasiadanya kerusakan
kulit.
|
o Membuka pori-pori memperlancar sekresi kreringat
o Mengetahui perubahan suhu.
o Agar sirkulasi lancar.
o Memberikan respirasi pada kulit.
o Menurunkan panas.
o Agar orang tua dapat mengerti pentingnya nutrisi.
o Membatu medorong nafsu makan.
o Menambah asupan nutrisi.
o Meningkatkan motivasi untuk makan.
o Memenuhi kebutuhan nutrisi.
o
Membantu memenuhi cairan
tubuh.
o
Untuk mengetahui derajat
kekurangan cairan.
o
Mengganti elektrolit yang
terbuang.
o Untuk melunakan dan memudahkan keluarnya feses yang keras.
o Asam lemak memperlambat rangsang peristaltik.
o Membantu mendorong peristaltik.
o Untuk mencegah pengerasan feses.
Mencegah
kerusakan kulit.
|
4.
Evaluasi
Berdasarkan
implementasi yang dilakukan maka evaluasi yang diharapkan untuk klien dengan
gangguan sistem pencernaan typoid adalah tanda-tanda vital stabil, kebutuhan
cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan
keluarga klien mengerti tentang penyakitnya.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Typus Abdominalis adalah infeksi sistemik yang disebabkan kuman
salmonella typhosa. Kuman ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia, dan
makanan atau minuman yang terkena kuman yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya
sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat.
2.
Tanda dan gejala typoid:
a.
Minggu pertama, demam lebih dari 40°C, nadi yang lemah bersifat
dikrotik, dengan denyut nadi 80-100 per menit.
b.
Minggu kedua, suhu tetap tinggi, penderita mengalami delirium,
lidah tampak kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah menurun dan
limpa dapat diraba.
c.
Minggu ketiga,
Jika keadaan membaik : suhu tubuh turun, gejala dan keluhan
berkurang.
Jika keadaan memburuk : penderita
mengalami delirium, stupor, otot-otot bergerak terus, terjadi
inkontinensia alvi dan urine. Selain itu terjadi meteorisme dan timpani, dan
tekanan perut meningkat, disertai nyeri perut. Penderita kemudian kolaps, dan
akhirnya meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi mikardial toksik.
d.
Minggu keempat, bila keadaan membaik, penderita akan mengalami
penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar
atau tromboflebitis vena femoralis.
3.
Patofisiologi :
Salmonella typhosa masuk melalui mulut, sebagian akan dimusnahkan
dalam lambung dan sebagian lagi masuk kedalam usus halus, kejaringan limfoid
dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian masuk keperdarahan
darah.
Selanjutnya kuman masuk kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama
limpa, usus, dan kandung empedu.
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks peyer pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu
ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik lalu terjadi perdarahan bahkan sampai
perforasi usus.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada
saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.
4. Komplikasi
a.
Usus halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering
fatal yaitu:
1)
Perdarahan usus
2)
Perforasi usus
3)
Peritonitis
b.
Diluar anus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat
sepsis (bakterimia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati. Terjadi karena
infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia
5.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut:
a.
Pemeriksaan darah tepi
b.
Pemeriksaan urine
c.
Pemeriksaan tinja
d.
Pemeriksaan bakteriologis
e.
Pemeriksaan serologis
f.
Pemeriksaan radiologi
6.
Pengobatan/penatalaksaan pada penderita typus
abdominalis adalah sebagai berikut:
a.
Tirah baring total selama demam sampai
dengan 2 minggu normal kembali.
b.
Makanan harus mengandung cukup cairan ,
kalori dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
c.
Obat terpilih adalah kloramfenikol 100 mg/KGB/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari.
Dosis maksimal klorampenikol 2 g/hari.
B.
Saran
Dalam penyusun makalah ini sangat jauh dari penyempurnaan maka
saran, kritikal, idea dari mahasiswa atau mahasiswi yang bersifat menambah dan
membangun maka penulis sangat mengharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar